Terima Kasih Atas Kunjungannya

Sabtu, 17 November 2012

Menyemai Alam

Bila pikiran dan hati kita dilanda gundah, hidup akan terasa suram dan gelisah. Cobalah untuk selalu mengendalikan hati dan pikiran. Tebarkan benih-benih kebenaran, kebaikan, dan keindahan dipenjuru bumi. Pastikan semua nyaman dan damai. Lalu, dengan penuh tulus hati, kita sirami pohon-pohon kebajikan demi manfaat bagi seluruh penghuni bumi.
Jagat raya ini demikian ramai, sibuk dan penuh gejolak. Betapa tidak, semesta dengan segala isinya senantiasa sibuk dengan segala aturan yang harus dijalani. Lihat saja bumi, selain berotasi pada porosnya, ia juga melakukan tawaf bersama matahari dan planet-planet lain. Sementara matahari senantiasa memancarkan cahaya ke penjuru planet, termasuk bumi. Semua bergerak sibuk, semua kesibukan itu berlaku bagi seluruh jagat beserta isi dan setiap hal yang ada di dalamnya. Dari semua kesibukan jagat raya yang ramai itu, tidak ada yang lebih ramai selain jagat pikiran kita. Jagat pikir adalah jagat cipta. Kita bisa saja duduk di kursi sambil meneguk kopi, tetapi siapa yang bisa menebak kemana saja arah alam pikiran kita melayang dan menerjang. Begitu ramai dan sibuk jagat pikiran kita ini. Kadang, jagat pikir kita lebih dari sekedar sibuk, bahkan macet. Kita sudah tidak lagi terbiasa berpikir jernih untuk menemukan hal-hal positif. Jangankan untuk memikirkan hal-hal kreatif dan inovatif, untuk menemukan solusi diri saja sudah tidak terkendali.
Selain jagat pikir, demikian pula dengan hati. Orang sering mengatakan, “Hati adalah cermin.” Sebuah kalimat singkat namun sarat makna. Kita tahu, cermin memiliki karakter merefleksikan apa saja yang ada dihadapannya. Namun, sang cermin tidak selalu sempurna memantulkan gambar atau rupa bila sang cermin sendiri kotor dan gelap.
Membersihkan hati adalah tugas manusia tiada henti. Sepanjang tarikan nafas, manusia dengan segala keyakinan yang dimiliki berupaya membenahi diri agar senantiasa berarti. Semua itu dilakukakan demi mendapati gambar dan rupa secara utuh serta sempurna itulah hatii. Dan hati,  hanya bisa dibersihkan oleh yang “memiliki” hati. Dialah Sang Hati.
Bila alam pikir adalah cipta, maka alam hati sebagai rasa. Bila demikian, yang bisa kita lakukan hanya pasrah, bersedia, untuk senantiasa “Mengheningkan” cipta. Lalu kita memohon kepada Sang Pemilik Hati agar senantiasa memberi bimbingan dan cara terbaik dalam membersihkan hati.

Hidayat, Komaruddin. 2010. 250 Wisdoms Membuka Mata, Menangkap Makna.Hikmah; Jakarta.

Tidak ada komentar: