Rangkullah alam seperti engkau memeluk
kekasihmu. Kenali alam seperti engkau mengenali anak dan keluargamu sendiri.
Setelah kita menyadari bahwa
alam adalah sahabat, bahkan bagian dari diri kita. Maka sudah sewajarnya,
manusia mengambil banyak pelajaran dari alam dengan segala peristiwanya.
Kebutuhan belajar dan mempelajari alam sama pentingnya dengan kebutuhan primer
kita sebagai manusia, seperti makan dan minum. Sekali waktu, bahwa alam tengah
bersenandung tentang kesedihan, kita harus peka ketika alam mengabarkan akan
kepiluannya. Sampah yang menggunung di pantaran kali, limbah-limbah pabrik, dan
cerobong-cerobong asap yang mengepul seakan ingin diceritakan dan dibagi dengan
kita kesedihannya.
Siapa bilang alam adalah benda
mati? Alam sesungguhnya memiliki jiwa yang senantiasa bergerak dan berevolusi.
Namun, karena diri kita yang tak pernah peka, maka kita tak pernah mengerti
atau barangkali tidak ingin mengerti betapa selama ini alam memberikan banyak
pesan kepada kita, dan pesang agung itu sesungguhnya berisi tentang
kehadiran-Nya.
Hidayat, Komaruddin. 2010. 250 Wisdoms Membuka
Mata, Menangkap Makna.Hikmah; Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar