Pelaut yang ulung adalah pelaut yang berani
mengarungi luas samudera. Bila dirinya bimbang dan kehilangan arah, ia segera
memandang bintang di langit sebagai petunjuk mata angin. Bagaimana dengan kita?
Seberapa sering kita menatap bintang di hati agar arah dan jalan hidup kita
senantiasa benar dan terjaga.
Kehidupan memang sebuah perjalanan yang melintasi berbagai
jalur dan lintasan. Kadang jalur yng kita lalui begitu terjal dan berbatu.
Bahkan tidak jarang kita temui banjir dan badai. Dalam situasi seperti ini kita
membutuhkan panduan dan peta. Tetapi panduan dan peta saja tidak cukup.
Terlebih di malam hari kita harus memasuki hutan belantara yang gelap gulita.
Di sini kita membutuhkan nyala lentera dan obor.
Sesungguhnya, lentera selalu menyala di hati
kita. Namun, diri kita yang sering kali mengabaikan keberadaan lentera itu.
Lentera itu senantiasa bersinar melebihi sinaran bintang, bahkan matahari di
angkasa. Namun karena awan keangkuhan (ego) terus-menerus menyelibungi hati,
sinaran bintang tidak dapat menembus keluasan hati kita. Jadilah pelaut ulung
di kedalaman samudera hati kita.
Hidayat, Komaruddin. 2010. 250 Wisdoms Membuka
Mata, Menangkap Makna.Hikmah; Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar