Terima Kasih Atas Kunjungannya

Selasa, 24 Januari 2012

Inflasi

A.    Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang dan jasa cenderung naik secara terus menerus dan berlaku secara umum yang akan mengakibatkan nilai uang turun.
B.    Jenis Inflasi
a)    Inflasi Ringan    (< 10% setahun)
b)    Inflasi Sedang    (antara 10% - 30% setahun)
c)    Inflasi Berat    (antara 30% - 100% setahun)
d)    Hyper Inflasi    (> 100% setahun)
C.    Penyebab Terjadinya Inflasi
a)    Demand Pull Inflation    (kenaikan permintaan)
Inflasi yang terjadi karena permintaan masyarakat terhadap barang lebih besar daripada penawaran barang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demand Pull Inflation bisa terjadi karena beberapa hal. Yaitu, terlalu banyaknya uang yang dialirkan oleh bank sentral, meningkatnya anggaran belanja negara, pajak diturunkan, konsumen enggan menabung dan lebih suka membeli barang  dan ekspansi bisnis juga.
b)    Cost Push Inflation    (kenaikan biaya produksi)
Inflasi yang terjadi karena serikat pekerja yang kuat menuntut kenaikan gaji yang lebih tinggi kepada perusahaan. Ketika perusahaan harus membayar gaji yang lebih tinggi kepada karyawannya, biaya produksi mereka meningkat. Agar keuntungan mereka tetap, mereka menaikkan harga. Setiap kali hal ini terjadi, harga barang kebutuhan sehari-hari ikut naik. Meskipun demikian banyak orang percaya bahwa sebenarnya, perusahaan menaikkan harga barang kapanpun mereka inginkan untuk meningkatkan keuntungan, bukan hanya karena tuntutan serikat pekerja.
D.    Asal Terjadinya Inflasi
a)    Dari Luar Negeri    (Imported Inflation)
Inflasi ini terjadi akibat adanya kenaikan harga di luar negeri yang menyebabkan kenaikan harga di dalam negeri. Inflasi semacam ini biasanya dialami negara-negara berkembang yang sebagian bahan bakunya berasal dari luar negeri. Misalnya, bila harga gandum yang diimpor dari luar negeri naik, maka harga tepung terigu dan roti di dalam negeri juga akan naik. Inflasi semacam ini terjadi karena adanya aktivitas perdagangan internasional yang melibatkan dua negara atau lebih.
b)    Dari Dalam Negeri    (Domestic Inflation)
Inflasi ini terjadi semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor di dalam negeri, misalnya:
a.    Terjadi defesit anggaran secara terus-menerus yang kemudian ditutup dengan mencetak uang baru. Penciptaan uang baru yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya inflasi.
b.    Terjadinya gagal panen. Gagal panen dapat mengurangi penawaran barang di pasar. Bila permintaan lebih tinggi dari penawaran, pada akhirnya harga akan meningkat dan inflasipun akan terjadi.
c.    Kredit untuk keperluan produksi dibatasi. Kondisi semacam ini akan mengakibatkan harga barang dari waktu ke waktu semakin naik. Karena harga naik, para produsen cenderung akan menyimpan barangnya untuk mendapatkan harga setinggi-tingginya. Akibatnya, mendapatkan terjadi ketidakseimbangan antara permintaan barang oleh konsumen dengan barang yang disediakan oleh produsen. Harga pun akan naik. Secara psikologis keadaan seperti ini justru akan mendorong meningkatnya permintaan masyarakat, sebab jika masyarakat merasa was-was tidak mendapatkan barang lebih banyak dan harga barang justru semakin mahal.
E.    Teori Inflasi
Ada beberapa teori tentang inlasi. Masing-masing teori melihat aspek-aspek tertentu dalam proses inflasi. Teori-teori tersebut antara lain:
a)     Teori Kuantitas
Menurut teori kuantitas, inflasi disebabkan karena, bertambahnya kuantitas (jumlah) uang yang beredar, kecepatan peredaran uang, dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga barang di masa yang akan datang.
Jika masyarakat berharap harga tidak naik, maka uang yang diterima akan disimpan dalam bentuk tabungan. Akibatnya, permintaan berkurang dan harga tidak naik. Sebaliknya, jika masyarakat mengira bahwa di masa yang akan datang barang akan mengalami kenaikan, maka masyarakat akan mendorong meningkatnya permintaan akan barang. Pada akhirnya, kenaikan harga justru benar-benar terjadi.
Bila kenaikan harga ini terjadi terus menerus hingga hiperinflasi, orang akan mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Tanda ketika orang mulai tak percaya pada nilai mata uang tersebut adalah semakin cepatnya perdaran uang. Saat menerima uang, orang enggan untuk menyimpannya lebih lama karena mereka tahu semakin lama, nilai uang semakin turun. Karena itu, mereka cepat-cepat menggantinya dengan barang sebelum uang mereka tidak berharga.
b)    Teori Keynes
Menurut teori Keynes, inflasi terjadi ketika ada kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan ekonomi (gaya hidup) yang berada di atas kemampuan ekonominya. Yang termasuk ke dalam kelompok masyarakat seperti ini mungkin adalah pemerintah yang menjalankan pemerintahan dengan defesit anggaran biaya yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru. Bisa juga berasal dari pengusaha yang memperluas investasinya dengan cara meminjam kredit bank. Bahkan menurut teori ini, serikat buruh juga juga termasuk menyumbang inflasi ketika menuntut kenaikan gaji melebihi produktivitas mereka sendiri.
Keadaan semacam ini akan mengakibatkan permintaan terhadap barang-barang lebih besar dari barang yang tersedia (barang yang ditawarkan). Akibatnya, hatga barang secara umum naik.
c)    Teori Strukturalis
Menurut teori strukturalis. Inflasi disebabkan oleh ketidakelastisan penerimaan ekspor. Di negara berkembang, pertumbuhan nilai ekspor lebih lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang lain. Kelambanan ini disebabkan karena harga barang ekspor tersebut tidak tinggi di pasar dunia, padahal harga barang ekspor tersebut merupakan ekspor utama negara berkembang. Untuk meningkatkan pertumbuhan yang lambat ini, pemerintah meningkatkan produksi meskipun biaya produksinya tinggi. Akibatnya, harga jual barang tersebut menjadi mahal juga. Bila kenaikan ini terjadi secara terus-menerus, akan terjadi inflasi. Ketidakelastisan penawaran produksi bahan makanan dalam negeri juga bisa menimbulkan inflasi. Dengan pertumbuhan bahan makanan yang tidak secepat pertambahan penduduk, maka naiknya harga bahan makanan akan melebihi kenaikan harga barang yang lain.
Menurut teori strukturalis, jika terjadi kenaikan harga maka akan diikuti oleh tuntutan kenaikan gaji. Sebagaimana kita ketahui di atas, kenaikan gaji akan mengakibatkan kenaikan produksi bagi pengusaha. Akibatnya, agar bisa tetap mempertahankan  tingkat keuntungan, pengusaha menaikkan harga barang. Terjadilah inflasi dan peristiwa seperti ini disebut “Proses Inflasi Spiral”.
F.    Cara Mengatasi Inflasi
Dalam batas-batas tertentu inflasi memang menguntungkan, karena pada dasarnya inflasi yang terkendali akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika sudah dalam taraf yang membahayakan, inflasi harus segera diatasi:
Adapun cara mengendalikan inflasi, yaitu:
a.    Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah di bidang keuangan (melalui bank sentral) untuk mengatur agar jumlah uang yang beredar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu sistem perekonomian. Bentuk kebijakan moneter yang dilakukan untuk mengatasi inflasi antara lain:
1.    Penetapan cadangan minimun melalui kebijkan diskonto (discount policy). Fasilitas ini disediakan bagi bank-bank untuk memperlancar pengaturan keuangan bank agar jangan sampai tidak sesuai antara penanaman modal dan pendanaannya. Bila bank sentral memperkecil jumlah uang beredar di masyarakat, bank sentral bisa menaikkan tingkat diskonto, sehingga keinginan bank umum untuk meminjam dana pada bank sentral menurun.
2.    Operasi pasar terbuka (open market policy). Dengan menjual berbagai surat berharga seperti obligasi, SBI, dan SPBU, maka uang masyarakat akan tersedot ke bank sentral sehingga uang beredar akan berkurang.
3.    Kebijakan persediaan kas (cash ratio policy) agar inflasi tidak terjadi, maka bank sentral membuat kebijakan menaikkan persentase persediaan kas minimun dari bank umum. Dengan menaikkan persediaan kas ini, bank akan mengurangi pemberian kredit sehingga tidak memunculkan inflasi.
b.    Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Bentuk kebijakan fiskal yang ditempuh dalam mengatasi inflasi adalah:
1.    Menurunkan pengeluaran pemerintah
Dengan adanya pengurangan pengeluaran pemerintah, maka permintaan dapat dikurangi, sehingga uang yang beredar dapat berkurang.
2.    Menaikkan pajak
Jika pajak naik, maka uang yang dibelanjakan masyarakat akan berkurang karena orang hanya mengurangi dana yang mereka miliki berkurang demi pembayaran pajak.
c.    Melalui Kebijakan Non Moneter atau Kebijakan Riil
Kebijakan riil merupakam kebijakan di luar kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Bentuk kebijakan riil dalam mengatasi inflasi adalah:
1.    Menaikkan hasil produk
Sebagaimana sudah diungkapkan di atas, inflasi terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Permintaan akan barang terjadi lebih besar dibandingkan dengan penawaran sehingga harga naik. Dengan demikian, bila produksi dapat ditingkatkan, maka permintaan masyarakat akan dapat dipenuhi sehingga pada akhirnya tidak terjadi inflasi.
2.    Mengendalikan harga
Agar harga tidak naik, pemerintah dapat mengendalikan harga dengan cara pengawasan. Pemerintah akan menetapkan harga tertinggi yang boleh diterapkan pengusaha. Bila hal ini dilanggar, maka pemerintah akan mengambil tindakan. Namun tanpa pengawasan yang baik, cara yang digunakan pemerintah ini dapat menimbulkan pasar gelap (black market).
G.    Dampak Terjadinya Inflasi
Perlu diingat bahwa inflasi bisa tidak terantisipasi (unanticipated inflation) dan bisa terantisipasi (anticipated inflation). Inflasi tidak terantisipasi bila masyarakat tidak memperkirakan besarnya inflasi atau naiknya inflasi terjadi begitu mendadak hingga masyarakat tidak dapat mengantisipasinya. Sebaliknya, bila inflasi telah diantisipasi sebelumnya, maka dampaknya dapat diminimalisasi.
Lalu apa dampaknya bagi kehidupan masyarakat? Perlu diingat bahwa dampak inflasi tidaklah sama bagi setiap orang. Ada anggota masyarakat yang rugi terkena dampak negatif, namun ada juga anggota masyarakat yang diuntungkan dari inflasi.
a.    Dampak inflasi bagi pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 2000. Pada tahun 2000, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2008 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu juga dengan pemilik kos-kosan yang menetapkan uang sewa yang tetap. Nilai uang sewa yang diterimanya tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Sebaliknya orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi. Para pekerja yang mempunyai kekayaan emas atau mata uang luar negeri juga tidak terpengaruh dampak inflasi.
Meskipun demikian perlu dibuat catatan bahwa dampak inflasi dapat diperkecil bila inflasi telah diperhitungkan sebelumnya dan adanya kemampuan untuk menyesuaikan pendapatan dengan perubahan harga.
Artinya bila karyawan bergaji tetap memperoleh gaji secara otomatis setiap tahunnya mengikuti laju inflasi, maka dampak inflasi bagi mereka tidaklah terlalu besar. Misalnya bila tingkat inflasi diperkirakan sebesar 10%, maka perusahaan akan meningkatkan gaji pegawai 10% setiap tahunnya. Dengan demikian, maka daya beli karyawan akan diharapkan tetap konstan.
b.    Dampak inflasi bagi para penabung
inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun.
Bila orang enggan untuk menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
c.    Dampak inflasi bagi debitur dan kreditur
Bila datangnya inflasi tidak diperhitungkan, inflasi dapat menguntungkan debitur dan merugikan kreditur. Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian pinjaman lebih rendah jika dibandingkan dengan pada saat peminjaman. Meskipun demekian, bila inflasi telah diperhitungkan dalam perjanjian pinjam meminjam dana, maka tidak ada satu pihak yang dirugikan atau diuntungkan dengan adanya inflasi.
d.    Dampak inflasi terhadap produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, bisa gulung tikar.

" Selamat Membaca (*_*) "

Tidak ada komentar: